Georgia Davis (daily mail)
VIVAnews – Hidup gadis bernama Georgia Davis, 17 tahun, benar-benar tersiksa. Karena terobsesi pada makanan, tubuhnya melar tak terkendali. Bahkan, di usia ke-17, berat badannya mencapai 254 kilogram. Kini, dokter mendiagnosis remaja ini menderita diabetes tipe 2.
Yang mengejutkan lagi, dokter memperkirakan gadis asal Aberdare, Wales Selatan, dengan tinggi 169 sentimeter ini, tak akan dapat merayakan ulang tahun ke-20. Kecuali, ia berhasil menurunkan berat badan.
"Saya mencoba untuk tidak memikirkan masalah ini terlalu sering. Karena membuat saya panik dan masalah makan saya memburuk," kata Georgia, dikutip dari The Sun.
Sejak kecil, Georgia memang doyan makan. Segala jenis makanan dilahapnya. Beranjak remaja, porsi makannya kian menjadi. Sehari, ia bisa menghabiskan makanan hingga puluhan ribu kalori.
Sarapannnya terdiri dari dua roti, dua gelas soda, dan dua mangkuk cornflakes. Saat makan siang, ia melahap dua porsi ikan, empat iris roti dan mentega, dengan dua gelas soda. Sedangkan makan malam standar Georgia adalah seporsi besar spaghetti bolognese dan sebungkus biskuit.
Tapi, menu 'raksasa' itu seakan tak cukup. Georgia masih mengemil sedikitnya dua bungkus keripik dan biskuit. Bahkan, seminggu sekali ia memanjakan diri menyantap makanan cepat saji. Tak heran, di usia ke-15 beratnya mencapai 209 kilogram.
Akibat terobsesi pada makanan, Georgia telah lama membuang cermin dari kamarnya. "Semua orang menatapku seperti orang aneh, tapi saya tak peduli apa yang mereka pikirkan. Saya telah terbiasa dengan itu semua," katanya.
Harapan memperoleh tubuh ideal sebenarnya pernah ia rasakan. Pada 2008, ia berhasil menurunkan 114,5 kilogram melalui program diet ketat di tempat rehabilitasi. Setiap hari, ia harus berjalan sedikitnya 10 ribu langkah.
Setahun berselang, Georgia diwawancara sebuah stasiun televisi karena prestasinya mengurangi hampir separuh berat badannya. Di usia ke-16, Georgia memiliki berat badan 114 kilogram. Ia pun bisa mulai hidup seperti gadis normal.
Namun, gadis ini kembali terjatuh pada pola makan kompulsif selepas rehabilitasi. Ketiadaan fasilitas dan kurang dukungan keluarga membuatnya frustasi. "Saya kembali tenggelam dalam kebiasaan makan yang buruk."
Georgia terlibat diet yoyo, yakni berat badan turun beberapa saat namun segera diikuti kenaikan drastis. Berat badannya bertambah terus. Sampai kemudian dokter memperkirakan harapan hidupnya tak sampai usia 20 tahun bila tak mengurangi berat badan.
Ia pun meminta pertolongan. "Saya tahu, saya akan terus makan hingga meninggal. Tapi saat ini saya tak dapat menghadapinya sendirian."